buatlah naskah drama 6 ekor hewan
B. Indonesia
qers
Pertanyaan
buatlah naskah drama 6 ekor hewan
1 Jawaban
-
1. Jawaban francisca1
Ketika Destin berusia 2 tahun (sekarang ia berusia 9 tahun), neneknya membelikan 10 ekor anak ayam. Saya sudah heboh dengan hadiah ibu ini. Bagaimana jika anak-anak ayam ini dipermainkan Destin kecil? Bagaimana jika dicekik? Bagaimana jika mati? Oh ayolah… meski saya tak suka memelihara binatang, tapi saya tak rela jika mereka dipermainkan. Hari itu juga, papanya Destin mencari kandang burung bekas dan mengurung mereka. Diterapkan aturan keras, “Lihat boleh,pegang jangan.” Beruntung Destin termasuk anak yang patuh.
Singkat cerita, anak ayam itu tumbuh besar. Dari dikurung di kandang burung beberapa hari, mereka mendapat hadiah sebuah kandang ayam yang cukup leluasa. Tiba-tiba saya dan suami punya kegiatan mengeluarkan ayam di pagi hari dan memasukkan mereka ke kandang di sore hari. Kegiatan yang awalnya terpaksa – karena tak mau mengecewakan ibu dan Destin. Lama-lama kami terima dengan lapang dada. Mereka pun menjadi 10 ayam gemuk. Rekor juga sih, memelihara 10 anak ayam dan tak ada yang mati. Bangga? Lucu saja

Suatu malam yang mengerikan sekali, saya mendengar suara ribut di kandang ayam. Saya yang kelelahan hanya bangun sebentar dan keluar memeriksa. Setelah itu kembali tidur. Tak disangka, tak dinyana, keteledoran saya sangat mengerikan. 6 ekor ayam mati dan 2 ekor ayam luka-luka karena diserang tikus werog. Tinggal 2 ekor ayam yang masih sehat. Saya yang shock hanya berdiri saja. Suami segera mengubur 6 ekor ayam yang sudah tak keruan badannya. Ibu marah besar dan menyuruhku memasak 2 ayam yang masih hidup. Mereka memang hanya luka di kaki, tapi bekas cakaran tikus? Hi… saya terpaksa menolak perintah ibu. Sudah cukup shock saya. Setelah berdiskusi sebentar, diputuskan sisa ayam yang masih hidup disembelih dan dimasak. Saya yang sudah tak semangat mengurus ayam hanya mengiakan. “Biar dimakan para tetangga yang mau saja, bu.” Jawabku, “Kami tidak mau makan.”

Sore hari, sepiring ayam masak kecap sudah tersaji di meja makan. Dada saya merasa sesak. Ayam yang saya pelihara sekarang sudah di meja makan dan siap santap. Ada rasa yang mengatakan, ini salah. Rupanya suami saya pun begitu. Hingga malam, ayam bumbu kecap itu tak tersentuh. Saya ke rumah tetangga yang memasak dan memberikan semua. Sejak saat itu sampai 2 tahun kemudian, saya tak tega makan ayam. Meski membeli ayam siap masak di pasar pun saya tak tega. Rasanya seperti memakan hewan peliharaan saya. Karena anak butuh gizi dari daging ayam, saya mulai mengeraskan hati untuk memasaknya. Tetapi saya tetap tidak mau makan ayam sampai 3 tahun.
Jika ditanya apakah sekarang saya sudah makan ayam? YA…. Saya rasa tak perlu lah bertrauma terlalu lama. Sejak saya sudah bisa memaafkan kecerobohan yang berujung pada kematian ayam-ayam itu… juga melupakan detail luka-luka sadis para tikus, saya pun mulai bisa menikmati daging ayam kembali.

Itulah cerita saya tentang binatang peliharaan. Bukan cerita yang biasa tentunya. Ada juga rasa malu, mengapa saya tak pernah memelihara binatang seperti kucing atau kelinci? Sederhana saja jawabnya, karena tikus werog di sekitar rumah orang tua saya ukurannya sebesar kucing muda, dan para kucing takut pada tikus yang rakus.